DEVIASI TINGKAH LAKU
(TINGKAH LAKU MENYIMPANG)
Di
sekitar kita terdapat berbagai macam perilaku yang bermunculan dan
dapat kita amati. Dari pengertian yang luas, perilaku atau
aktivitas-aktivitas tersebut terdiri dari perilaku yang nampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak nampak (inert behavior). Selanjutnya
dalam realitas kehidupan yang terjadi dalam masyarakat,
perilaku-perilaku individu tersebut muncul sebagai perilaku yang
bersifat kita kehendaki/sesuai (appropriate behavior) dan terdapat pula perilaku yang tidak kita kehendaki (un appropriate behavior) (Walgito,
2003:18). Kedua jenis perilaku tersbut ditentukan dengan tolak ukur
norma dan nilai yang berkembang dalam masyarakat, ketika perilaku yang
dikehendaki muncul akan menimbulkan efek positif, sebaliknya perilaku
yang tidak dekehendaki akan menimbulkan dampak negative, bagi individu
itu sendiri ataupun bagi masyarakat/orang lain.
Terkait
dengan hal diatas, terdapat beberapa hal yang akan dibahas mengenai
perilaku, khususnya perilaku yang tidak dikehendaki terkait dengan
penyimpangan-penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh individu atau
dapat pula disebut dengan Deviasi Tingkah Laku.
A. PENGERTIAN DEVIASI
Dalam
kehidupan masyarakat muncul dan berkembang suatu karakteristik, nilai
dan norma yang diyakini dan dianut oleh masyarakat tersbut yang mengatur
dan membatasi perilaku individu. Namun tidak jarang dalam kehidupan
masyarakat tersbut terjadilah penyimpangan dan perbedaan dalam
berperilaku.
Kartini
Kartono (2007:11) mengartikan deviasi atau penyimpangan merupakan
tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri
karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan/populasi. Dalam Kamus
Besar Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkunganyang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosialhakikatnya merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan ataukepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial (dalam http://wikepedia.com ).
Sejalan dengan pendapat diatas Hendropuspito (1989) mengartikan deviasi
ialah Suatu tindakan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok
diluar, melawan kaidah sosial yang berlaku di masyarakat.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa deviasi atau perilaku
menyimpang adalah perilaku yang dilakukan individu yang
bertentangan/menyimpang dari ciri karakteristik masyarakat kebanyakan
dan norma/nilai yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Sebagai
contoh deviasi/perilaku menyimpang adalah perkawinan dibawah umur,
homoseksualitas, alkoholisme kronis, anak usia 7 tahun yang tidak
bersekolah, dan lain sebagainya,
B. ASPEK-ASPEK TINGKAH LAKU YANG MENYIMPANG
Ciri-ciri tingkah laku yang menyimpang itu bisa dibedakan tegas, yaitu :
1. Aspek lahiriah, bisa diamati dengan jelas.
Aspek ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
a. Deviasi lahiriah yang verbal dalam bentuk : kata-kata makian, slang (logat,
bahasa populer), kata-kata kotor yang tidak senonoh dan cabul, sumpah
serapah, dialek-dialek dalam dunia politik dan dunia kriminal,
ungkapan-ungkapan sandi, dan lain-lain.
Misalnya,
penamaan “babi” untuk pegawai negeri atau pemerintahan “singa” untuk
tentara “serigala”, untuk polisi “kelinci”, untuk orang-orang yang bisa
dijadikan mangsa (dirampok atau dicopet, digarong), dan seterusnya.
b. Deviasi lahiriah yang nonverbal : semua tingkah laku yang nonverbal yang nyata kelihatan.
2. Aspek-aspek simbolik yang tersembunyi.
Mencakup
sikap-sikap hidup, emosi-emosi, sentimen-sentimen, dan
motivasi-motivasi yang mengembangkan tingkah laku menyimpang. Berupa
mens rea (pikiran yang paling dalam dan tersembunyi), atau berupa
iktikad kriminal di balik semua aksi-aksi kejahatan dan tingkah laku
menyimpang.
Hendaknya
selalu diingat, bahwa sebagian besar dari tingkah laku penyimpangan
(ex: kejahatan, pelacuran, kecanduan narkoba, dan lain-lain) itu
tersamar dan tersembunyi sifatnya, tidak kentara atau bahkan tidak bisa
diamati.
C. MACAM-MACAM DEVIASI DAN LINGKUNGANNYA
Deviasi
/ penyimpangan tingkah laku itu sifatnya bisa tunggal, misalnya hanya
kriminal saja dan tidak alkoholik atau mencandu bahan-bahan narkotik.
Namun juga bisa jamak sifatnya, misalnya seorang wanita tunasusila
sekaligus juga kriminal.
Deviasi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Individu-individu dengan tingkah laku bermasalah yang merugikan bagi orang lain, akan tetapi tidak merugikan diri sendiri.
2. Individu-individu dengan tingkah laku menyimpang yang menjadi masalah bagi diri sendiri, tetapi tidak untuk orang lain.
3. Individu-individu dengan deviasi tingkah laku yang menjadi masalah bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Deviasi
tingkah laku selalu berlangsung dalam satu konteks sosio-kultural dan
antarpersonal. Sehubungan dengan lingkungan sosio-kultural ini, deviasi
tingkah laku dapat dibagi menjadi :
1. Deviasi Individual
Beberapa
deviasi ditimbulkan oleh cirri-ciri yang unik dari individu yang
berasal dari anomali-anomali, variasi-variasi biologis, dan
kelainan-kelainan psikis tertentu yang sifatnya ada sejak lahir.
Kelainan cirri juga disebabkan oleh penyakit dan kecelakaan.
Devisasi
jenis ini sifatnya simptomatik yaitu disebabkan oleh konflik-konflik
intra psikis yang kronis dan sangat dalam atau berasal dari
konflik-konflik yang ditimbulkan oleh identifikasi-identifikassi yang
kontroversal bertentangan satu sama lain. Individu yang termasuk deviasi
individual misalnya : anak-anak luar biasa, fanatisi, idiot savant dan
individu-individu psikotis.
2. Deviasi Situasional
Deviasi
jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan
situasional/sosial diluar individu atau oleh pengaruh situasi,dimana
pribadi yang bersangkutan menjadi bagian integral dari dirinya.
Situasi
dan kondisi sosial atau sosiokultural yang selalu berulang-ulang dan
terus-menerus akan mengkondisionisasi dan memperkuat deviasi-deviasi
sehingga kumulatif sifatnya. Deviasi sosial yang kumulatif itu merupakan
produk dari konflik cultural yaitu produk dari periode-periode dengan
banyak konflik cultural. Konflik budaya atau cultural ini dapat
diartikan sebagai:
a. Konflik antara individu dengan masyarakat.
b. Konflik antara nilai-nilai dan praktik-praktik dari atau lebih kelompok-kelompok sosial.
c. Konflik-konflik
introjeksi yang berlangsung dalam diri seorang yang hidup dalam
lingkungan sosial penuh dengan nilai dan norma-norma yang bertentangan.
Apabila
tingkah laku menyimpang ini berlangsung secara meluas dalam masyarakat,
maka dapat menyebabkan deviasi situasional kumulatif. Berikut beberapa
contoh deviasi situasional :
a. Kebudayaan korupsi.
b. Pemberontakan anak remaja.
c. Adolescent revolt.
d. Deviasi-deviasi
seksual disebabkan oleh penundaan saat perkawinan jauh sesudah
kematangan biologis serta pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan banyak
disimulasi oleh rangsangan-rangsangan dari film “biru”, buku-buku porno
dan tingkah laku yang asusila.
e. Peristiwa homoseksual yang banyak terjadi dikalangan narapidana di penjara-penjara.
3. Deviasi Sistematik
Deviasi sistematik pada
hakikatnya adalah satu subkultur atau satu sistem tingkah laku yang
disertai organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan,
nilai-nilai, rasa kebanggaan, norma dan moral tertentu yang semuanya
berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran dan perbuatan yang
menyimpang dari norma umum, kemudian dirasionalisasi atau dibenarkan
oleh semua anggota kelompok dengan pola yang menyimpang itu. Sehingga
penyimpangan tingkah laku deviasi-deviasi itu berubah menjadi deviasi
yang terorganisasi atau deviasi sitematik. Pada umumnya,
kelompok-kelompok deviasi itu mempunyai peraturan-peraturan yang sangat
ketat, sangsi, dan hukum-hukum yang sangat berat yang diperlukan untuk
bisa menegakkan konformitas dan kepatuhan anggota-anggotanya.
Kelompok-kelompok
deviasi itu pada umumnya memiliki pola organisasi yang unik, kode-kode
etik, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang aneh untuk menegakkan
gengsi dan status sosialnya. Biasanya organisasi-organisasi demikian
merupakan pecahan organisasi induknya, yang kemudian menyimpang dari
pola aslinya, karena alasan-alasan menolak kebekuan dalam organisasi
induknya.
Proses perpecahan atau pembelahan
semacam ini tidak hanya berlangsung pada organisasi-organisasi saja,
akan tetapi juga berlangsung disegenap lapisan masyarakat. Penyebab
deviasi sistematik, yaitu :
a. Kesulitan untuk berkomunikasi.
b. Tidak adanya urgensi serta kurangnya motivasi untuk mengorganisasi diri.
Selain macam deviasi diatas, terdapat macam deviasi yang lain berdasarkan sifatnya, yaitu :
a. Deviasi Postif, adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkayawawasan seseorang.
Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai
perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan
masyarakat yang memunculkan wanita karier.
b. Deviasi Negatif, adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.
Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
· Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
· Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan
sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi,
sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya
orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan
mabuk,